Selasa, 01 Februari 2011

CORETAN LAMA DI DINDING FRIENDSTER bag 1

sebagian testimoni kawan-kawan semua yg menurut saya mampu membawa saya kembali ke masa itu


hahaha...
jadi terkenang secuplik perjalanan kita dalam menerobos ganasnya malam di Lampung kemaren..hohoho...betewe,,kemaren yg lebih pantas terlihat seperti preman hanyalah teman kita yg bernama "MarKontek Si Burung Doro Kriting yg sudah kementhu"itu...karena saya yakin sekali kepergian mbak2 itu dikarenakan dia melihat sesosok manusia yg berwujud abstrak itu..hahahaha
matur tengkyuw buat se'cuil kisah kemaren..thx buat setiap pemberian puntung rokok sehingga saya bisa mengepulkan asap kebebasan..hahahahaha
ayo kita berdansa lagi sobat...
(cNdL06 Feb 2009, 02:33 PM)

boi..fsnya abang kau itu..
sepertinya paham sekali dia merayu wanita..,
blajarlah sdkit kau dengannya..
(fadhli07 Feb 2009, 11:38 PM)

Pengumuman-pengumuman,,
bang yok sekarang single... harap maklum sekian dan terima kasih ( penting g seh?)
Bang Yok17 Feb 2009, 03:31 AM


Kamis, 16 September 2010

BLM LUNAS

Aku bertanya, tetapi pertanyaanku membenturi meja-meja kekuasaan yang macet dan papan tulis papan tulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan…

Sepenggal bait sajak dari maestro Alm Rendra membangkitkan semangat dan memutar imajinasiku untuk kembali mencorat-coret blog ini… 

Selasa, 24 Agustus 2010

Perjalanan Timur Jawa


 Catatan 2 April 2010
Kereta api ekonomi Gaya Baru mengantar kami berdua malam itu, terlambat sekitar 1 jam dari jadwal sedikit mengurangi semangat kami dan membuat kami menjadi bertanya-tanya “siapkah kami berangkat malam ini” mengingat semuanya  tanpa persiapan dan terkesan dadakan, namun tekad dan keinginan kami sepertinya lebih besar daripada seribu keraguan kami untuk berangkat malam itu, menuju Stasiun Gubeng, Surabaya. 26 ribu rupiah harus kami bayarkan untuk menebus tiket, cukup murah karena memang hanya kelas ekonomi. Surabaya sebenarnya bukan tujuan kami, melainkan kota Malang, namun berhubung tidak ada kereta ekonomi dari Jogja yang langsung sampai Malang maka kamipun “terpaksa” harus singgah dulu di Surabaya untuk kemudian baru melanjutkan ke kota Malang dengan kereta lainya. Kepadatan yang luar biasa malam itu, memenuhi hampir setiap sudut gerbong kereta Gaya baru, sesuatu yang biasa sesungguhnya untuk kereta ekonomi, dan hal yang biasa juga untuk kami naik kereta ekonomi jika bepergian sehingga tidak terlalu kami ambil pusing tentang hal ini, namun untuk kali ini sepertinya kereta benar-benar sudah terlalu over, bahkan untuk berjalan dan berpindah sedikit saja sangat sulit dilakukan, alhasil kami hanya bisa berdiri tepat di sambungan gerbong..waw..
Arema Indonesia menjadi judul penting dalam perjalanan ini karena mamang inilah tujuan kami, menonoton Arema Malang langsung di stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang. Sebenarnya kami bukan Aremania (sebutan untuk fans fanatik Arema), kami berdua adalah Slemania (fans kesebelasan PSS Sleman) yang kebetulan ingin sedikit belajar dan merasakan atmosfer pertandingan di kota yang notabenya adalah salah satu barometer sepakbola nasional sebagai kota dengan animo penonton dan tingkan fanatisme cukup tinggi selain kota Surabaya dan Bandung. Faktor kedekatan Slemania-Aremania menjadi pertimbangan lainnya, dibandingkan hubungan Slemania dengan Bonek (Surabaya) atau Bobotoh (Bandung).
Stasiun Madiun, mata ini sedikit terusik dengan tingkah beberapa orang (sekitar 7-8 orang) yang saat itu naik bersama dari Lempuyangan, mereka mengeluarkan atribut hijau-hijau dengan tulisan BONEK, sedikit tertarik maka saya fokuskan pendengaran saya pada mereka, “BONEK JOGJA” sedikit dari beberapa kata yang terdengar dari pembicaraan mereka membuat kami mengerti, mereka pasti menuju juga memiliki niat yang sama dengan kami meskipun berbeda kesebelasan, Persebaya saat itu memang akan melakukan pertandingan big match dengan musuh bebuyutan mereka Persija Jakarta dan dipastikan puluhan ribu Bonek pasti akan memenuhi stadion. Saya berbicara sedikit berbisik kepada teman seperjalanan saya  dengan nada seikit guyon “jajal mau le nganggo atribut ng Solo, mesti entek.hehe..”, mengingat memang Bonek berselisih dengan Pasoepati Solo (fans kesebelasan Pesis Solo), sehingga mungkin untuk berjaga-jaga mereka baru memakai atribut Bonek setelah sampai di Madiun setelah melewati Solo, dalam hati sebenarnya ingin sekali kami menjabat tangan mereka, ngobrol basa-basi sesama penikmat bola Indonesia, tapi niat itu kami urungkan mengigat tujuan kami adalah untuk Arema, dan tidak bisa kami bayangkan bagaimana rekasi mereka mengingat Aremania-Bonek merupakan salah satu perseteruan supporter  yang paling melegenda dan paling diingat oleh publik bola nasional, selalu meninggalkan tragedi dan cerita tersendiri setiap dua kesebelasan yang sebenarnya sama-sama dari Jawa timur ini bertemu di pertandingan.
Semakin kearah timur, semakin habis pulaa penumpang, gerbong ini serasa milik pribadi, hanya ada kami berdua dan teman-teman  “Bonek kecil”  berusia belasan mungkin masih SMA atau bahkan SMP, mereka naik dari daerah Jombang dan Mojokerto. Dalam hati saya berkata super crazy mereka, pertandingan Persebaya dilangsungkan jam 15.00 sore, jam 03.00 pagi mereka sudah berangkat, edannn cokkk..
Luar biasa pagi itu, stasiun Gubeng menyambut kami, waktu baru menunjukkan pukul 04.05 pagi, setelah kami bertanya di loket tentang kereta yang menuju ke Malang baru dating pukul 04.15 maka kami putuskan untuk keluar, yah itung-itung mengirup udara Surabaya lah..hehe..”Bu, mie rebus e ya” tanpa memakai bahasa “krama” saya memesan mie..”Loro yo Bu, karo teh anget e” bukan tanpa berdasar, tapi saya menyesuaikan orang-orang disana yang juga tanpa memakai bahasa krama untuk berbicara kepada orang lain terutama orang yang mungkin belum dikenal dan lebih tua, saya tidak tau orang disini memang tidak biasa memakai bahasa krama atau hanya kebetulan di stasiun ini saja? Tapi setelah naik kereta pertanyaan saya terjawab, oleh seorang ibu yang kebetulan duduk sebangku dengan kami yang bertanya “ajeng tindak pundi mas?”…


tempe penyet Lamogan
Sekitar 2.5 jam kami diatas kereta, dan kebalikan dengan kereta yang menuju Surabaya, kereta Panataran ini semakin lama semakin penuh dengan penumpang, beruntung kami naik di stasiun pertama sehingga bisa dapat tempat duduk. Kota Malang akhirnya kami injak juga, skitar pukul 07.30 pagi, langsung saya hubungi teman saya di Malang “sam ki aku wis nyampe stasiun trus pie?numpak angkot opo?” SMS yang saya kirimkan langsung direspon “jurusan A-L, mundun derah Landungsari ker, belakang masjid, kui kosanku”, menyusuri pagi di kota Malang sungguh menyenangkan, secara kontur dan tipe daerah bisa saya bilang hampir mirip kota Bandung, dengan jalan yang naik turun, mungkin yang membedakan dengan kota Bandung hanya tingkat kepadatan penduduk dan kesemrawutan jalan saja.
Kereta Panataran Surabaya-Malang

 Dengan sedikit tersesat karena perbedaan persepsi dua orang di dalam angkot ketika kami tanya alamat yang kami tuju menyebabkan kami turun belum pada waktunya “kono lho mas sik dimaksud ki” jawab seorang ibu, “dudu mas,sampean mudun e perempatan kene wae” jawab ibu yang satunya..huwaaa, tanpa ingin memperpanjang perdebatan mereka kami nekat turun meskipun sedikit keraguan tentang keputusan ini dan hasilnya memang sedikit meleset..hehe
Terimakasih kawan ( Samsul Arifin) yang sudah menjamu kami pagi itu dan terimaksih juga untuk kos-kosan yang kami pakai untuk menginap..hehe
Rasa lelah karena perjalanan dari Jogja menyebabkan tidak sadar kami berdua tertidur, beruntung sekitar jam 13.00 siang Samsul membangunkan kami. Hujan deras siang itu sedikit membuat kami berdua bertanya, bisakah kita sampai di Kanjuruhan yang ternyata berada jauh dari kota Malang, sekitar 45menit sampai 1 jam dari kota tampat kami berdua numpang hidup. “ah wis terlanjur ketuk kene, mosok g sido”….”oke mangkatttttttttt, budallllllllllllllllllll”…
Kaos hitam bergambar singa dan bertuliskan Arema sudah saya pakai, atmosfer luar biasa kami rasakan disini, tua-muda, besar-kecil, laki-laki-perempuan, tidak ada yang tidak Aremania, mereka memenuhi semua penjuru Malang raya, pertandingan yang baru dimulai pukul 19.00 malam tetapi sudah dari siang Aremania tumpah ruah di jalanan, benar-benar Singo Edannnnn…Dalam hati saya berhayal seandainya Sleman bisa seperti ini lagi… Ya, kita pernah seperti ini, kurun waktu sekitar tahun 2002-2005 an, setiap PSS Sleman bertanding, atmosfer kota Sleman seakan menghijau, dipenuhi puluhan ribu Slemania yang berbondong ke stadion, PSS Sleman pernah berjaya, seiring prestasi yang sedang bagus waktu itu, berakibat pada animo penontong yang besar namun seiring waktu dank arena stagnasi prestasi akhirnya menggerus militansi sebagian Slemania, dan sekarang persepakbolaan di Sleman seakan jalan ditempat, meski begitu, bukan berarti mati, sebagia Slemania masih eksis bahkan setiap ada pertandingan tidak kurang dari 15.000 penonton akan memenuhi stadion, bayangkan jika PSS bisa menembus liga super, 30.000 penonton bukan mustahil akan selalu memenuhi stadion Maguwoharjo.
27 ribu, tiket didapat dari calo, dengan harga resmi 25 ribu, bukan masalah yang penting kita bisa masuk ke stadion yang sudah dipenuhi oleh puluhan ribu Aremania malam itu. Lagi-lagi kami dibuat takjub dengan keadaan di alam stadion, lantai stadion seakan-akan ingin roboh, tidak kuasa menahan semangat Aremania yang bersorak di seluruh tribun penonton, luar biasa..










Pelita Jaya Karawang yang menjadi lawan Arema malam itu tidak kuasa meladeni singa-singa gila kota Malang, 6 gol masuk ke dalam gawang mereka dan hanya dibalas dengan satu gol dari Pelita mebuat kedudukan 6-1 untuk Arema. Kami bersyukur, tidak rugi malam itu kami jauh-jauh menonton pertandingan karena dibayar dengan pertandingan yang menghibur dengan banyak gol yang tercipta. Suasana setelah pertandingan pun tidak jauh berbeda dengan suasana menjelang pertandingan bahkan menjadi lebih gila karena kesebelasan Arema menang dengan skor telak dan semakin mendekatkan mereka dengan gelar juara, konvoi deseluruh Malang Raya malam itu kami nikmati,  2.5 jam waktu yang kami butuhkan untuk kembali ke kota Malang karena larut dalam uforia perayaan pawai kemenangan Aremania, tapi yang paling penting suasana tetap terkendali tanpa ada suatu insiden apapun.




















Stasiun Kota baru 07.00 pagi melepas kami berdua, menuju kota Kediri utnuk kemudaian berganti kereta untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Jogja, kami membawa pengalaman luar biasa dari kota yang menjadi salah satu barometer sepakbola Nasional, tentang semangat, militansi, fanatisme dan kreatifitas dalam mendukung kesebelasan kesayangan mereka..


 gang setono gedong Kediri
Kereta Panataran lagi-lagi mengantarkan kami, menuju Kediri untuk kemudian berganti kereta menggunakan Kahuripan yang selanjutnya akan langsung ke Jogja, sampai di stasiun masih menunjukkan sekitar pukul 11.00 siang, kami langsung menuju ke loket untuk bertanya jadwal kereta sekaligus membeli tiket, damnnn ternyata antrian super panjang di loket mengingat ini adalah hari minggu dan dimungknkan banyak penumpang yang ber week end di kampong halaman ingin pulang ke tempat mereka merantau di kota-kota Jawa Tengah maupun Jawa Barat, tidak heran kereta yang mempunyai tujuan Bandung, Jakarta, Semarang, Jogja diserbu penumpang, dalam hati  kami ada sedikit kekhawatiran, bagaimana jika kami kehabisan tiket?? Panasnya cuaca diimbangi dengan pansnya situasi..hehe.. terjadi insiden kecil antara seorang Bapak-bapak yang merasa antrianya diserobot oleh seorang pemuda, tapi untungnya pemuda itu dengan cepat menyadari kesalahannya  dan segera mundur seakan tau dia menjadi perhatian puluhan orang yang ada disekelilingnya.

Murah meriah di Kediri

Jam 14.00 adalah jadwal keberangkatan kereta Kahuripan, masih ada waktu sekitar 2 jam lagi, kemana kita siang ini?? Melngkahkan kaki keluar stasiun, “oh ngene kota Kediri iku,mlaku-mlaku yoh, skalian golek mangan”, kamipun berjalan menyusuri jalan di depan stasiun dan tidak terasa kami terus berjalan hampir sampai di alun-alun kota..wewww… isirahat dan makan makanan murah-meriah, 3 ribu saja, sego wungkus lawuh endog, ditambah 1000 untuk es teh, nayamul ker. Masjid tua dengan kompleks pemakaman disampingnya menjadi tempat kami selanjutnya untuk “numpang ngaso” sekaligus sholat siang itu, ada hal yang menurut saya menarik dan jarang kami temui di masjid-masjid Jogja pada umumnya, di masjid ini disediakan asbak yang super gede, perokok mendapat keistimewaan disini, atau mungkin memang masjid-masjid di daerah sini melengkapi fasilitasnya dengan asbak, meski begitu kami bersyukur bisa “leyeh-leyeh” sampil “udud”di seranbi masjid bersejarah ini, wah pak kyaine benar-benar mengerti umat..hehe

Di tengah guyuran hujan deras yang tiba-tiba saja menggantikan teriknya matahari di Kediri mengantarkan kami berdua masuk kereta, saya berterimakasih kepada Kota ini sedikit menyesal saya tidak bisa singgah lebih lama karena menurut saya kota ini cukup menarik dan sedikit penasaran ingin menjelajahinya, mungkin lain kali. 6 jam Kediri-Jogja tidak terasa karena di dalam kereta yang tidak terlalu penuh ini bertemu dengan orang-orang yang menarik dari seorang bapak tua yang puya istri 3 (waw, rahasiane opo pak??) sampai bertemu saudara kami seseorang yang sama-sama Slemania, dia  baru saja dari Kediri ada urusan keluarga, obrolan pun mengalir membicarakan PSS, Slemania, dan tentu saja saudara tua sekaligus rival utama kami PSIM dan brajamusti (fans PSIM Jogja).
Akhirnya, Jogja menyambut kami malam itu, menantikan pengalaman baru kami, menjelajah ke timur Jawa…
Terimakasihh…

Senin, 23 Agustus 2010

MY ROOM




CATATAN 12 AGUSTUS 2008
Ditemani kupu-kupu kertas yang mengalun dengan petikan gitar dari Ebiet dan harumnya asap rokok kretek yang aku hisap, malam ini aku selalu berpikir tidak kurang suatu apapun hidupku ini. Mulai dari orang tua yang tidak pernah menuntut apa-apa dari seorang anak yang sok alim jika masih ada dalam rumah namun berubah menjadi seorang bajingan tengik dan pecandu alkohol saat mulai melangkah keluar dari rumah. Tangisan kecil seorang fauzia sang keponakan yang selalu membuat aku rindu untuk melengkah pulang kerumah dan mengajarinya menjadi seorang real rebel, bukan pecundang seperti sang paman ini.
Kamarku yang sudah aku anggap istana kebanggaan yang tidak pernah luput dari coretan kata-kata makian bergaya grafitti yang aku anggap sebagai sebuah karya seni yang maha dasyat meskipun sebenarnya aku tidak begitu mengerti apa maksudnya, poster bung karno sang proklamator, mussolini bapak fasisme dan hitler yang aku anggap pahlawan (saat itu) karena membantai orang yahudi meskipun akhirnya medapat referensi tambahan yang akhirnya merubah kembali pandanganku kepada mereka berdua. Beberapa botol anggur merah dan vodka yang bersembunyi dibawah kolong tempat tidur karena takut ketahuan dan merubah pandangan kedua orang yang sangat aku cintai terhadap diriku yang sudah terlanjur dicap seorang anak baik. Puluhan bahkan ratusan bungkus rokok berbagai merk yang aku koleksi ditambah puntung-puntung rokok yang aku tempatkan dalam sebuah gelas yang pecah.seperangkat komputer sederhana yang selalu setia menemani dan tak lupa radio butut yang sudah ada sejak jaman aku masih bersekolah di bangku smp yang sudah mengenalkan aku kepada alunan musik jamaika dan meneriakkan kata-kata uye man...oh indahnya hidupku ini...


















GUD BYE....THX FOR ALL


Hehe … sedikit tertawa kembali membaca catatan diatas, tetapi mungkin memang itulah aku 2 tahun yang lalu…ada 1 hal yang sampai saat ini belum juga berubah, keyakina jika suatu hari nanti kamar ini akan menjadi salah satu saksi kenangan yang tersisa dari sebuah perjalanan panjang. Tempat menghabiskan masa muda, tempat menemukan inspirasi, ruangan menonton tv, menulis skripsi, dan tentu saja bersembunyi dari dunia luar…hehe
Kamar yang baru aku tempati sekitar 3th yang lalu, sebelumnya kamar ini ditempati kakak perempuanku yang sekarang sudah menikah dan tentu saja sebagai seorang istri harus mengikuti suaminya. Catnya masih merupakan warna kesukaan kakakku, biru laut, ditambah almari dari plastik yang juga merupakan sisa-sisa peninggalan kakakku. Untuk memberi kesan kamar “laki-laki” sengaja aku tambahkan poster dan gambar-gambar baik yang didapat dengan membeli ataupun dengan kejahatan model macan kampus, pamphlet atau poster kegiatan yang aku anggap memiliki nilai seni (penafsiran standar pribadi) aku ambil paksa, aku masih ingat obsesi “usia mudaku” memenuhi kamar ini dengan poster-poster hasil perampokan dan pencurian..haha.. namun seiring berlalunya waktu dan lahapan usia yang tidak kuasa aku tahan, perlahan aku lupakan cita-cita “seniman kagol” tersebut, alas an terbesar adalah ketika melakukan aksi malu jika dilihat adik angkatan yang semakin lama semakin menumpuk saja,dan  tidak terasa sudah ada 4 angkatan dibawahku.. hehe
Ini untuk kalian sahabat-sahabatku yang pernah mencoret dindingmu, minum di lantaimu dan menebar asap rokok dilangit-langitmu…
Kami adalah pembangkan dimasanya, pemberontak tak berarah, penikmat kebebasan dan petualangan baru. Itulah cara kami menikmati hidup waktu itu, 4 tahun sudah berlalu, sudah banyak sekali yang berubah saat ini, kedewasaan dan tuntutan waktu merubah banyak hal bahkan hal yang paling mendasar, mengenang kembali masa lalu merupakan sebuah kesenangan tersendiri, kami begitu mengalir membicarakan pembangkangan-pembangkangan kami saat itu. Tapi satu hal yang tidak akan berubah sampai kapanpun, mereka sahabatku, sedulurku, sesama bangsa Indonesia, tempat belajar tentang banyak hal, inspirasi dan motivasi, mereka orang-orang luar biasa, dengan keistimewaan dan daya tarik tersendiri dan mereka akan tetap menjadi keluargaku selamanya.
Ya Allah, sesungguhnya aku tidak tau hatinya, aku tidak tau apa aqidahnya, aku tidak tau apa teologinya, dan itu urusan dia dengan Mu ya Allah, yang aku tau mereka saudaraku, sahabatku, dia orang yang mencintai keluarganya, bangsanya, dan benar-benar menghargai persahabatan

Biarlah kamar ini beserta seisinya menjadi saksi...

JADILAH SAKSI KAMI

CATATAN YANG LALU 26 NOVEMBER 2009



Catatan lalu, tapi sekarang sepertinya banyak yang berubah.. Khusus untuk mengingatkanku padamu..

Menulis kembali, tentang bangsa, persaudaraan, persahabatan, cinta dan masalah-masalah hidup lainya yang beberapa hari ini terus-menerus berputar dan menyita waktu tidurku.
Bangsa ini sedang menghangat, anggodo, kpk, polri, cicak, buaya, bank century, hak angket dan banyak lagi istilah-istilah yang membodohi masyarakat dan tentu saja tidak semakin minimal mengenyangkan perut rakyat yang kelaparan paling tidak untuk satu hari saja. Semua berkaitan (sepertinya) saling mempengaruhi, tegak lurus tidak beda nyata. Tidak pernah kita bayangkan jika seumpama (semoga saja tidak) ternyata cicak yang memang berasal dari buaya itu merupakn aktor dan aktris yang sedang beraksi di sebuah panggung sandiwara untuk sekedar membuat lupa rasa lapar seorang gelandangan yang sedang kelaparan dan menuntut janji janji para tuan yang pernah menawarkan angin surga kepada mereka, dan dibalik panggung kita mendapati mereka si buaya dan si cicak sedang bersulang bersama dan menari-nari berdansa, kita hanya bisa melongo dan berkata, asuuu kita ditipu lagi…
Itu salah satu angan-angan saja dan saya yakin itu tidak akan terjadi, tapi ada beberapa hal yang bisa kita ambil dari kejadian ini dan yang ini saya yakin kemungkinan besar memang 100% benar..
1.       Orang berduit kebal hukum.
2.       Pemimpin kita masih saja punya penyakit ragu-ragu yang amat sangat.
3.       Lagi-lagi rakyat dirugikan karena duitnya hilang paling tidak 6,9 T…bayangkan…
Meskipun nominal dari uang yang hilang tidak lebih besar dari skandal BLBI yang sampai saat ini juga tidak pernah tuntas dan seakan justru tenggelam entah kemana. Saya tidak akan banyak ambil pusing, bukankah rakyat Indonesia sudah punya ilmu kebal lapar, sakin hati, dan ilmu sabar yang begitu luar biasa. Tidak bisa saya bayangkan jika rakyat kita seradikal buruh di eropa timur, atau militan seperti daerah timur tengah. Akan ada chaos yang luarbiasa tentu saja, tetapi sekali lagi syukur Alhamdulillah rakyat kita punya tipikal paling tidak seperti saya, yang slow-slow saja menjali hidup dan paling banter cuma berani misuh, asuuuuuuuu…….
Semoga kiamat tidak datang di tahun 2012, dosa saya masih bertumpuk, ibadah saya masih kurang, otak dan hati saya masih kotor lagi pendendam, dan yang paling penting saya belum pernah berbuat sesuatu yang luarbiasa kepada orangtua dan bangsa ini, saya sangat ingin menikmati anggur disurga-Mu ditemani bidadari-bidadari seperti yang telah Engaku janjikan, sangat ingin ya Allah…. Ya Allah Tuhan ku Engkaulah yang Maha mengetahui segalanya…
Aku tidak pernah tau apa yang kau pikirkan, tapi aku tau apa yang aku pikirkan, yaitu kau wahai perempuan..seandainya bisa aku kejar kau, kemanapun kau pergi, panas hujan tidak perduli, seandainya bisa aku katakan kepadamu semuanya, tentang rasa ini…wou wooooo…
Seperti nyanyian tetapi memang itulah realitasnya, saya seperti lelaki yang terlalu takut untuk tau yang sebenarnya, selalu lebih senang hidup dalam misteri dan tanda tanya, ingin sekali saya datang kepadanya dan mengatakan inilah saya laki-laki yang ingin sekali kau temani sisa hidupnya, berjalan bersama, menua berdua, membangun sebuah dinasti baru, bertengkar untuk menamai anak kita nanti, menjadi pensehat dan memanggilku sebagai seorang imam dan khalifah untuk sebuah kerajaan kecil yang dinamakan keluarga.. terlau cepat di usia ini?? jelas tidak, ini proyek jangka panjang bung, saya masih harus berjuang untuk membuktikan saya bisa mengidupinya wahai perempuan, membuatkannya rumah, membelikannya permata, mengajaknya ke gili trawangan (tempat impian saya) dan tentu saja mengajaknya ke pintu surga dan memasukinya bersama..
Saya akan berjuang dan suatu saat saya akan datang kepadanya dengan keberanian yang menjulang dan tidak akan terbendung oleh apapun..salahkan saja dirimu wahai perempuan, karena bertemu denganku dan kau justru tawarkan hatimu, maka aku akan membelinya semahal apapun itu…
Tentu saja kalau dia tidak digondol lelaki lain, jika itu terjadi maka berubahlah semua cerita diatas dan sampai saat ini saya belum memikirkan rencana lain karena sampai sekarang hanya dia yang bisa memerankan skenario terindah dalam salah satu tahapan hidup saya sebagai manusia…

Salam hangat selalu, sesama bangsa Indonesia hamba Allah…
Dan saya ucapkan selamat datang calon-calon pemimpin dunia pada masa kepemimpinan selanjutnya…


persimpangan jalan